Jalan Jajan Hemat

Perjalanan Wisata ke Singapore – Macau – Hongkong – Shenzhen Part 3

Sambungan dari part 2

Hari Ketujuh

Seperti biasa, hajatan pagi hari adalah mencari makanan. Tapi karena Cityview terletak di pinggir Nathan Road, jadi banyak sekali pilihan makanan disana. Minimal Burger King tepat berada di ujung gang, Circle K dan 7-11 berjarak hanya beberapa meter dari hotel, belum lagi rumah-rumah makanan yang menyediakan Chinese Food.

Kegiatan hari ini adalah Ocean Park. Dari stasiun MTR Yaumatei dan turun di statsiun MTR Admiralty. Dilanjutkan dengan mengunakan Bus no 629 ke arah Ocean Park. Tidak usah ragu, cukup ikuti petunjuk yang terpampang jelas di stasiun.

Hongkong MTR Map



Please, jangan bandingkan kondisi public utilities di Hong Kong dengan Jakarta! Kami baru pertama kali pergi ke Ocean Park mengunakan MTR dan Bus 629, tetapi tidak tersesat! Tidak seperti terminal di Jakarta yang lebih banyak calo dan tukang copetnya, sampai ke tempat antrian Bus 629, disana terdapat petugas resmi dengan tanda pengenal (ingat bukan calo bus) dengan sopan menanyakan karcis dan tujuan kami, dan kemudian mengantar kami masuk dalam antrian dan petugas yang lain memandu kami naik ke bus. Karena jujur saja, kami sempat bingung dengan antrian orang yang begitu banyak menuju ke Ocean Park.

Karena kami mengunakan Octopus Card, maka cukup mengunakan Octopus Card untuk membayar. Jika tidak mengunakan Octopus Card, maka tarif bus adalah HKD5.

Perlu diketahui bahwa, tiket Ocean Park tidak dijual di ticket box, jadi kita harus membeli paling tidak satu hari sebelumnya. Kami melakukan pembelian online dari Jakarta dan menukarkan print out pembelian di ticket box. Harga tiket dewasa HKD 250 dan anak-anak HKD 125. Informasi berkaitan dengan Ocean Park dapat dilihat di sini

Sempat berbincang-bincang dengan receptionist hotel sebelum kami berangkat, dan didapat informasi bahwa hari ini tidak ada hujan tapi sebaliknya matahari bersinar cerah (artinya hari ini bakalan dipanggang matahari). Dan memang benar, cuaca hari itu sejak pagi sampai malam hari tidak ada hujan tapi panasnya luar binasa!

Tips:
Jangan lupa bawa payung, topi dan sun block.

Harbour Seal


Pertunjukkan lumba-lumba


Akuarium raksasa seperti di Sea World Ancol

Sama seperti tempat wisata lainnya, disini makanan dan minuman dijual dengan harga yang mahal. (Yah…namanya juga tempat wisata)

Wahana yang wajib dinaiki adalah cable car. Dengan mengunakan cable car menuju pintu keluar Ocean Park, kita bisa menikmati pemandangan pantai, bukit-bukit dan pulau-pulau kecil disekitar Hong Kong. Kita tidak perlu membayar lagi untuk menaiki cable car, karena ini transportasi menuju pintu keluar taman.

Ocean Park Cable Car

Satu kewajiban yang tidak boleh dilewatkan di Ocean Park adalah mengunjungi hewan langka yaitu Panda (bukan si PO Kungfu Panda!, kalo mau ketemu dengan Po Kungfu Panda silahkan mampir di Universal Studio).

Letak taman konservasi ini dekat dengan pintu keluar Ocean Park. Didepan taman konservasi terdapat patung-patung seperti ini: (jadi pasti ketemu deh…)

Amazing Asian Animal


Panda

Sampai pemberhentian bus 629 di MTR Admiralty, disambung dengan MTR ke arah Yaumatei. Karena waktu yang tidak memungkinkan, maka acara dinner di The Peak dan Madame Tusaud terpaksa dibatalkan. Padahal dari MTR Admiralty, cukup berjalan kaki ke Peak Tram Station. Sudahlah…artinya dalam hidup ini masih ada yang belum terselesaikan, masih ada waktu untuk balik lagi ke HK.

Sebagai gantinya, rute dialihkan ke Mongkok.

Mongkok

Sekalian kalo mau liat-liat via youtube

Berbeda dengan Temple Street, Kawasan Argyle Mongkok adalah daerah pertokoan. Sepanjang perjalanan kami, sepertinya toko-toko disini memberikan harga pas. Karena memang disini banyak sekali barang-barang branded. Menurut anggota rombongan, harga-harga disini tidak berbeda dengan harga di Tung Chung Mall, dan juga tidak berbeda dengan produk-produk di Singapore. Sory deh….no komen, this isn’t my field. Biarpun malam, tapi kawasan ini terang benderang, jadi mantep buat foto-foto. Saya pilih sibuk foto-foto kawasan Mongkok.

Hari Kedelapan

Karena tidak satupun dari anggota rombongan yang pernah mampir di Shenzhen, maka dengan sangat terpaksa sekali, kami membeli paket perjalanan dari tour operator lokal di Hong Kong.

Harga paket dewasa adalah HKD700 dan anak-anak HKD500. Jujur sepertinya, kami salah pilih tour operator. Karena yakin sekali harga yang mereka berikan terlalu mahal. Jika dibandingkan dengan brosur-brosur yang ditemui di hotel, harga tour local yang menawarkan rute yang sama sekitar HKD500 untuk dewasa.

Tapi udah kepalang, terpaksa deh terima nasib (ini pasti gara-gara JJH belum pernah kasih rute rekomendasi!!, jadinya ketepu deh.. .)

Tepat jam 8 pagi, local guide dengan minibus jemputan sudah menunggu di depan lobby hotel. Rute menuju Shun Tak Center, langsung menuju tempat pembelian karcis di lantai atas. Bersebelahan dengan ticket box CotaiJet, terdapat ticket box Shekou Ferry. Sepertinya, ferry inilah satu-satunya yang melayani jalur laut antara Hong Kong dengan Shenzhen. Informasi mengenai ferry, silahkan ikuti link berikut

Shekou Ferry

Untuk masuk ke Shenzhen diperlukan Visa. Pengurusan visa sendiri bisa dilakukan walk in untuk mendapatkan Visa On Arrival. Tapi kami lebih memilih mengurus visa di Jakarta. Takut aja kalo pas urus VOA ada masalah, acara ke Shenzhen musti batal.

Biaya pengurusan visa dengan mengunakan jasa travel sebesar Rp. 580.000. Harga ini jauh lebih murah dibandingkan dengan harga yang diberikan oleh T* T*****, seharga Rp.700.000 per orang. Jadi lebih baik berhati-hati jika mengunakan jasa travel.

Setelah selesai urusan di Imigrasi, kita tinggal duduk-duduk menunggu boarding ke ferry. Suasana dalam ferry terminal juga cukup baik untuk mengambil foto-foto perairan Hong Kong.

Perairan Hongkong

Satu kejadian yang menurut saya cukup aneh. Ternyata local guide dari Hong Kong, tidak menemani naik ke ferry. Tapi kami ditinggal sampai antrian masuk ke boarding area. Apa emang begini cara local tour di Hong Kong?

Sampai di pelabuhan Shenzhen (Shekou) langsung pengurusan imigrasi. Tidak ada pertanyaan sama sekali di loket imigrasi. Cuma gitu deh..petugasnya judes banget!

Keluar dari imigrasi, sudah ditunggu oleh local guide Shenzhen dengan papan nama terpampang di dada!
Citytour dengan mengunakan minibus. Tujuan pertama adalah Windows of the world.

Tempat ini mirip dengan Taman Mini di Indonesia, dan mirip dengan Mini Siam di North Pattaya.. Hanya saja tempat ini lebih kecil dari TMII dan lebih besar dari Mini Siam. Isinya ikon-ikon daerah di seluruh dunia.

Pastinya jika nanti kembali ke Shenzhen, tidak perlu beli tour. Cukup ikuti petunjuk ini.

Kami keliling Window of the wold mengunakan mobil wisata, jadi hanya berhenti sebanyak empat kali dan itu pun dengan waktu sekitar 5 menit di setiap perhentian. Jadinya kaga puas. Foto-foto hanya ambil sedapatnya. Padahal banyak ikon-ikon menarik yang dapat dikunjungi.

Karena kami berangkat di bulan Juli, jadinya harus rela kalo kulit terbakar. Jangan lupa topi, sunblock, payung!

Selesai di Window of The World, perjalanan dilanjutkan ke toko obat tradisional China. Kata local guide, tempat ini wajib dikunjungi oleh setiap perusahaan travel yang membawa tamu dari mancanegara (katanya loh).

Saya lupa nama toko obat yang “wajib dikunjungi” itu. Hanya saja, sempat memfoto taman di belakang toko obat tersebut. Jadi jika anda pernah melihat foto dibawah ini, tolong sharing pengalaman buruknya.

Pengalaman buruk, what’s wrong man? Satu hal yang masih menggangu pikirin saya, adalah apakah mungkin Professor-professor ahli kedokteran dari China nongkrong di toko obat memberikan konsultasi kesehatan gratis? Bukankah para guru besar harusnya berada di fakultas dan mengajar? Koq, disini mereka jualan obat? Atau apakah ini sekedar penghasilan sampingan mereka?

Kembali ke Indonesia, hal pertama yang dilakukan adalah melakukan investigasi secara mendalam melalui google, dan ternyata saya menemui cerita-cerita serupa persis yang saya alami.

Begini alur kisahnya:

Sampai di pintu gerbang toko obat di Shenzhen, setiap orang akan diberikan stiker kecil bernomor untuk ditempel dibaju. Karena pernah beberapa kali ikut tour dibeberapa negara. Akhirnya saya sempat bertanya ke teman yang pernah menjadi tour guide, katanya (katanya nih..cmiiw!), sticker-sticker kecil bernomor itu adalah untuk menjadi tanda bagi toko untuk menghitung komisi yang akan diberikan kepada perusahaan travel dan local tour guide setempat, karena telah “berhasil” membawa peserta tour ke toko mereka. Komisi yang diberikan berkisar antara 30 sampai 40% dari omzet! (sekali lagi cmiiw). Artinya, produk-produk yang dijual ditoko itu pastinya jauh lebih mahal, dibanding jika kita membeli produk di toko-toko yang tidak bekerjasama dengan perusahaan travel (untuk kesekian kali..cmiiw).

Setelah sticker-sticker ditempelkan di baju para peserta tour, kami diajak masuk ke sebuah ruangan yang penuh dengan gambar-gambar tanaman herbal China. Memang benar, dan tidak perlu diragukan khasiat dari tanaman-tanaman herbal China! Tetapi yang jadi masalahnya adalah apakah kita membeli produk dengan nilai yang wajar?

Diruangan ini, oleh seorang staf marketing diperkenakanlah seseorang pria yang mengaku “Professor ahli kedokteran China”. Staf marketing dan “Professor” ini fasih berbahasa Indonesia.

Dari hasil searching di google, ternyata ada kemiripan modus operandi diantara para professor-professor ini. Mereka akan mengatakan bahwa tempat ini adalah tempat dimana Presiden atau pejabat-pejabat China berobat. Dan lebih beruntung adalah karena pada saat itu ada rombongan professor-professor ahli kedokteran China berkunjung ke toko obat mereka, dan memberikan konsultasi kesehatan secara gratis!

Tidak percaya, silahkan anda cek di google dengan mengunakan kata : toko + obat + shenzhen. Anda pasti akan kaget dibuatnya!
Malah secara kebetulan, saya sempat menemukan tulisan ini di google:
http://dahlandahi.multiply.com/journal/item/117/Profesor_U_Obat_Cina_dan_Guruh_Soekarno

Selesai profesor itu memberikan “ceramah” maka masing-masing peserta tour akan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Keluar dari ruangan tersebut, masuk lagi ke ruangan yang lebih besar. Disini terdapat sekitar 10 kamar prakter yang masing-masing diisi oleh seorang “profesor ahli kedokteran China” didampingi seorang asisten yang dapat berbahasa Indonesia.

He..he..he…100x udah kepikiran kalo Profesor-profesor ini nyambi cari tambahan (cmiiw please).

Bagaimana dengan cara mendiagnosa penyakit. Tidak seperti Huang Fei Hung dengan Toko obat Po Chi Lam nya, kata teman yang sempat akan tertipu, mengatakan bahwa diagnosa dilakukan dengan cara melihat telapak tangan dan muka (asli….Huang Fei Hung dan Suhu Lo Ban Teng lewat!).

Setelah mendiagnosa dan membeberkan “penyakit” yang diderita. Maka profesor tersebut akan memberikan jenis-jenis obat yang dapat menanggulangi penyakit tersebut. Tentu saja, obatnya adalah yang dijual di toko obat itu.

Dari hasil googling, didapat informasi bahwa ada tumbuhan yang disebut Rumput Cacing (Tung Chung Chau) dijual dengan harga Rp. 20 juta! Apakah ini harga yang wajar?

Keluarga saya juga mendapat giliran berhadapan dengan “profesor” dan asistennya. Tapi dengan tegas saya katakan bahwa tujuan kami datang ke Shenzhen adalah untuk berlibur dan bukan untuk berobat. Cukup tidak sampai 3 menit di dalam ruangan dan langsung keluar!

Pikir, diluar ruangan praktek, kami sudah bebas, ternyata di luar ruangan pun, masih dikejar-kejar oleh asisten yang tadi dengan menawarkan berbagai macam obat.

Untungnya kami mendapatkan pencerahan. Tidak lama kemudian masuklah satu grup wisatawan asal Bangka (Indonesia). Mendapatkan penjelasan dari beberapa warga asal Bangka tersebut, untuk berhati-hati membeli obat-obatan di Shenzhen. Lebih baik membeli obat-obatan di Singapore. Katanya, produk-produk tersebut banyak beredar di Singapore. Sebelum pulang, kami sempat diberikan nama-nama toko obat di Singapore yang katanya terjamin dan lebih murah (cmiiw). Dan sepertinya tidak ada satupun dari rombongan itu yang juga membeli obat, mereka hanya duduk-duduk dekat AC sambil menimkati minuman dingin! (hebat).

Tapi meskipun demikian, dua anggota rombongan kami sempat mengetahui dan membeli salah satu merek obat yang bagus. Katanya, Obat ini sudah lama beredar di Indonesia, dan diterbukti manjur. Namanya Bao Fu Ling dijual dengan harga HKD250. Fungsi obat ini adalah sejenis obat luar untuk mengobati luka di kulit. Informasi mengenai obat ini dapat dilihat di sini .(http://en.baofuling.com/index.php).

Selesai acara maen “dokter2an”, acara dilanjutkan dengan lunch di restoran Indonesia Seafood Restaurant. Pengunjung di restaurant ini sangat banyak, dan dapat dikatakan yang datang adalah tamu-tamu tour travel.

Selesai, acara lunch. Perjalanan dilanjutkan ke tempat pembuatan batu giok. Kata local guide, ini adalah rute perjalanan yang “diwajibkan pemerintah!”. Terserah deh…

Prosesi di tempat ini sama dengan prosesi di toko obat. Mulai dari acara menyematkan sticker nomor, penjelasan asal-muasal batu-batu giok, sampai produk-produk dari giok.

Karena di ruangan ini tidak diperbolehkan untuk mengambil foto, saya memilih menjelaskan berbagai hal mengenai benda-benda sejarah Tiongkok yang ada di toko itu kepada anak saya yang berumur 9 tahun. Sekilas saya juga melihat, kalo anggota yang lain hanya asik liat-liat produk-produk giok yang bagus-bagus. Bayangkan, cincin batu senilai RMB 5.000, gelang seharga RMB 25.000. Masalahnya, tidak ada satupun diantara peserta rombongan yang mengerti mengenai batu giok, jadinya yakin banget kaga bakalan ada yang mau beli!

Setelah selesai staf marketing itu menjelaskan berbagai hal, dan kami pun juga udah puas mendinginkan badan (cuaca diluar panas banget), tibalah pada satu pertanyaan yang sudah ditunggu-tunggu:
Q: Is there any question, please?
A: Yes, could you show us where is the exit gate, please!
(dalam waktu kurang dari 5 menit kami semua sudah ada di dalam minibus)

Dari kejadian-kejadian dan hasil googling, dapat saya tarik rangkuman bahwa, dengan mengesampingkan bahwa produk-produk tersebut adalah aspal, saya percaya bahwa produk-produk yang dijual adalah berkualitas baik, tetapi saya juga percaya, kemungkinan produk tersebut dijual dengan harga tidak wajar.

Tips:
Berhati-hatilah berbelanja di toko-toko yang dirujuk oleh local guide. Jika tidak mengenal produk dengan baik, lebih baik jangan membeli. Jangan tergiur oleh rayuan para penjaja produk.

Kunjungan selanjutnya adalah Splendid of China dan China Folk Culture Village. Taman yang mirip dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta. Kami menonton atraksi perang pasukan berkuda di area Kerajaan Mongolia dan menonton tari-tarian di Impression Theater.

Foto-foto di Splendid China Park

Jujur saja pertunjukkan yang disajikan tidak menarik, apalagi jika dibandingkan dengan pertunjukan teater SIAM NIRAMIT di Bangkok. (http://www.siamniramit.com/). Pertunjukkan di China Folk Culture hanya setara dengan pertunjukkan di Nong Nooch Village di Thailand.
( http://www.nongnoochtropicalgarden.com/)

Sehabis makan malam di dalam taman Splendid of China, kami bergegas untuk meninggalkan tempat ini. Seharusnya kami menonton dua kali pertunjukkan, tapi kami putuskan untuk meninggalkan China Folk Culture Village, karena sudah kecewa dengan pertunjukkan yang pertama.

Perjalanan pulang dilanjutkan dengan berbelanja di Luo Hu. (http://en.wikipedia.org/wiki/Luohu_Commercial_City) Disini gudangnya barang-barang aspal. Sepertinya hampir semua produk-produk branded aspal ada disini (cmiiw).

Suasana di Lo Wu mirip dengan pertokoan di Mangga Dua. Buat yang seneng berburu barang murah aspal dan seneng berantem ama penjaga toko gara-gara nawar harga, disinilah surganya. Setidak-tidaknya Wikipedia juga telah memperingatkan pembaca untuk berhati-hati di tempat ini.

Tapi yang perlu diperhatikan disini adalah sering terjadi penipuan yang dilakukan oleh pemilik atau pegawai toko. Minimal, saya mendapati satu keluarga dari Jakarta yang dikejar-kejar oleh pemilik toko jam gara-gara, membatalkan pembelian jam tangan.

Iseng saya bertanya kepada bapak tersebut mengenai hal itu dan diceritakan bahwa, setelah terjadi tawar-menawar yang alot, Ia telah sepakat dengan penjaga toko untuk membeli sebuah jam tangan branded asli dengan harga murah. Sampai disini, semua kelihatan wajar, karena pembeli mengetahui dengan persis bahwa produk tesebut adalah asli dan dibeli dengan harga yang murah. Tapi kemudian, kecurigaan muncul setelah penjaga toko bersikeras untuk membungkus jam tangan tersebut. Nah…disinilah terjadi kecurangan, katanya, dengan cepat si penjaga toko menukar barang tersebut dengan yang palsu. Menurut bapak itu, karena dia telah beberapa kali berbelanja di sana, dan juga setelah mendengar informasi dari teman-temannya untuk sangat berhati-hati berbelanja di Shenzhen. Setelah barang dibungkus rapi, bapak itu segera membuka bungkusan dan memastikan bahwa barang yang dibeli adalah barang yang asli. Dan ternyata, memang benar jam tangan tersebut telah ditukar dengan yang palsu. Segera saja, transaksi dibatalkan dan keluarga tersebut meninggalkan toko dengan terus di kejar-kejar oleh penjaga toko yang merayu agar transaksi tidak dibatalkan.

Tips:
Ternyata hasil googling juga menyatakan hal yang sama. Banyak terjadi penipuan disana. Jadi menurut saya, jika ingin membeli barang branded tanpa resiko tertipu, beli saja di Singapore! Kalo mau beli yang aspal ..ya disini tempatnya.

Perjalanan dari komplek Luo Hu ke perbatasan imigrasi Lo Wu cukup berjalan kaki. Tepat jam 9 malam, kami diantar oleh local guide Shenzhen untuk bertemu dengan local guide Hong Kong di meeting point. Perjalanan pulang dengan mengunakan MTR kelas bisnis. Proses imigrasi di kedua Negara juga cepat. Tidak ada pertanyaan sama sekali, cukup mencocokkan foto di paspor dengan wajah kita. Dari stasiun MTR Lo Wu ke hotel sekitar satu jam.

Bersambung ke part 4

9 thoughts on “Perjalanan Wisata ke Singapore – Macau – Hongkong – Shenzhen Part 3

  1. tri

    Pak andy, punya alamat emailkah? sptnya saya jg punya pengalaman buruk di shenzhen. Mau bertanya2 sedikit via email boleh?

    Terima kasih.

  2. ino witha

    boleh tau g ya..brpa $HK kira” hrga tiket masuk ke window of the world, splendid china untuk BULAN SEPT’11 ….saya mo ke shenzen..tq

  3. rina

    Dear Bp Andy,

    Minta info ya :), waktu nginap di Macaunya di Hotel Holiday.. harga 300 HKD, deal oleh travel atau ratenya emank segitu.
    Perlu ga booking hotel dari JAkarta untuk di MAcau, hanya buat 1 malam saja? atau modal nekat saja nyampe di Macau baru cari hotel?

    Regards

    Rina

  4. SarMeL

    @ LIA : Coba tanyakan ke agent tour travel apakah mereka bisa bantu pembuatan visa CHINA (untuk sekalian masuk ke Shenzhen). Saya sudah melakukan perbandingan ke TX Travel, Agensi Travel di Jembatan Dua Jakarta dan di Dwidaya Tour dengan persyaratan yang sama:
    1. Pasport minimal 6 bulan sebelum tanggal expired
    2. Pasfoto 4×6 2 lembar dengan background putih
    3. Harga 575.000 dengan penyelesaian 5 hari kerja

    FYI, ke HONGKONG-MACAY ga perlu pake visa kok. Selamat berlibur.

  5. lia

    maaf ya..pk mau tanya aku mau pergi kw HgK tp aku gak tau tempat dismg jasa pembuatan visa utk HGK. bisa kasih info utk aku gak pak trimakasih.

  6. ingz louise

    Up bro andy….bisa bntu sharing gak??itu cosmic guest house nya max brpa bln sblm brgkat ya dipesan kamarnya???hehe..soalny sy cek bt yg sept 2011 ga bs..T_T

  7. andy

    hmmm.. aku juga mo sheering ahhh.. thn lalu bulan juni ke HK-MACAU selama 7hari. kelamaan sh.. niatnya mo mampir ke shenzen. tp berhub aku ga isa bhs mandarin & dengar2 shenzen bnyk penipu nya jd batal dh planing ke shenzen.
    waktu aku di HK nginap di cosmic guesthouse (maklum tema perjlanya backpacker jadi cari akomodasi-transpotasi termurah). utk room rate http://www.cosmicguesthouse.com lokasi di tsim tsa tsui (kowloon) yg punya org indo jd enak mo tanya2 gampang. plus ditawari tiket disneyland dgn hrg lebih murah dari tarif resmi
    ke ocean park pertama bingung cari bus 629, tapi akhirnya ketemu juga sh.. utk tiket masuk ke ocean park bisa dibeli di tempat. ada loket penjualan tiket di terminal bus 629.
    ke macau 3hr 2mlm, sampe di terminal ferry ada org yg tawarin tour guide, aku iyakan aja. sekalian dia bantu carikan hotel di HOTEL HOLIDAY alamt Estrada Do Repuso no 36-38. hrg per mlm HKD300. nh hotel dkt ruins st.paul.
    keliling macau cukup naik bus umum. murah & praktis. coz setiap halte tersedia petunjuk rute bus beserta tempat tourist yg dilalui.

  8. sugi phang

    pak mau nanya nih, sedikit keluar topik ya!! bbrp temen sempet emosi saat jalan ke HK lantaran kebanyakan dr mereka (penduduk lokal) ga bisa inggris dan arogan banget thd turis (terutama Asia). Apa bener?? Karena sy sendiri belom pernah ngalami waktu ke HK. Thank you

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.