Jalan Jajan Hemat

Wisata tempat bersejarah di Surabaya

Saat berkunjung ke Surabaya, team JalanJajanHemat (JJH) tertarik untuk menjelajahi tempat bersejarah disana. Kendala yang kami hadapi adalah sarana transportasi umum yang agak sulit, dari mengajukan pertanyaan ke beberapa orang, rata – rata mengusulkan untuk menggunakan taksi. Tempat penyewaan motor pun tidak kami temui, sehingga perjalanan dilakukan dalam rute yang tidak terlalu jauh, dengan menggunakan transportasi becak, jalan kaki dan pulangnya mencoba keberanian menggunakan angkutan umum.

Perjalanan dimulai dari hotel kami di Ibis Rajawali (yang juga merupakan bangunan bersejarah).

Hotel Ibis


Di sebelah hotel Ibis terdapat gedung cerutu, yang memiliki menara mirip dengan cerutu.

Gedung Cerutu

Perjalanan dilanjutkan ke Jembatan Merah dimana di jembatan ini terjadi pertempuran pejuang Surabaya melawan para penjajah, sehingga terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby di atas jembatan ini.

Jembatan Merah

Lalu dari sana sempat melihat Kya-kya wilayah pecinan di Jalan Kembang Jepun. Sempat kecewa, karena saat malam kami ke tempat ini, karena melihat informasi di internet adanya pasar malam dan aneka makanan di tempat ini. Tapi saat kami kesana lho koq sepi, kosong melompong. Ternyata sudah sejak beberapa tahun yang lalu, program pemerintah untuk menghidupkan kawasan ini tidak berhasil. Wah ya nasib..

Kya-kya Kembang Jepun

Dulu sempat ada trem beroperasi di kota Surabaya, dan haltenya masih ada sampai sekarang, namun sayang malah dijadikan tempat pedagang kaki lima dan pangkalan ojek.

Halte Trem

Di seberangnya terlihat gedung PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X yang masih berdiri kokoh dan terlihat masih terawat dengan baik.

Gedung PTPN X

Di jalan kami sempat melihat beberapa gedung bank yang berasal dari bangunan lama, bahkan beberapa di antaranya memang berasal dari bank di jaman Belanda. Bangunan tersebut masih digunakan untuk operasional dan terawat dengan baik

Bank Mandiri


Bank BII


Bank Niaga

Gedung yang sekarang digunakan Polrestabes Surabaya pun berasal dari peninggalan sejarah, bahkan kami mendapat informasi bahwa dari gedung ini terdapat sebuah terowongan bawah tanah (tunnel) yang menuju ke penjara kalisosok. Namun terowongan tersebut sudah ditutup dan tidak difungsikan.

Penjara Kalisosok sudah tidak digunakan, penjara ini terletak di dekat House of Sampoerna. Dindingnya dihiasi dengan graffiti agar menghilangkan kesan angker.

Penjara Kalisosok

Tugu Pahlawan merupakan monumen yang menjadi salah satu markah tanah (landmark) di kota Surabaya. Monumen setinggi 45 meter ini didirikan untuk mengenang peristiwa Pertempuran 10 November 1945 dimana arek-arek Suroboyo melawan pasukan sekutu dan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Sayang sekali di hari Sabtu, ternyata tempat ini tutup, sehingga kami tidak dapat masuk ke dalamnya. Padahal biasanya museum dan gedung sejarah (bahkan di seluruh dunia) tutupnya di hari Senin.

Tugu Pahlawan

Lalu kami melewati rumah kediaman gubernur Jawa Timur

Rumah Gubernur Jatim

Juga Taman Apsari

Taman Apsari

Sebuah gereja GPIB Immanuel juga berasal dari gedung peninggalan bersejarah. Gereja GPIB Immanuel memang memiliki gedung bersejarah di banyak kota.

GPIB Immanuel Surabaya

Beberapa gedung peninggalan Belanda masih digunakan sesuai fungsinya, seperti Perusahaan Gas, Perusahaan Listrik dan bahkan Kantor Pos.

Kantor Pos

Hotel Majapahit (bintang lima) yang berada di jalan Tunjungan merupakan salah satu icon kota Surabaya, karena di hotel inilah dahulu saat bernama Hotel Oranye / Yamato terjadi peristiwa Insiden Bendera, dimana para pejuang Indonesia naik ke atas menara dan merobek warna biru dari bendera Belanda, sehingga berkibarlah bendera Merah Putih.

Hotel Majapahit

Lalu ada Siola, gedung supermarket pertama yang didirikan oleh pengusaha Inggris yang dinamakan White Laidlaw. Lalu beralih kepemilikan ke pengusaha Jepang dan diganti nama menjadi Chiyoda, dan tahun 1970an diganti menjadi Siola. Saat ini supermarket tersebut sudah tidak beroperasi, dan terlihat sedang ada kegiatan renovasi disana. Tapi Siola tetap menjadi landmark jalan Tunjungan. Jalan Tunjungan ini yang sekarang mulai terlihat sepi karena bersaing dengan mal-mal modern, dulunya adalah pusat kota Surabaya, dimana tempat orang berbelanja atau jalan-jalan, itu sebabnya ada di lagu “Rek ayo rek.. mlaku-mlaku nang Tunjungan…”

Siola

Ada masih banyak gedung bersejarah di kota Surabaya ini, yang kalau kami lihat memang mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Sehingga gedung tersebut tetap dijaga, dan menjadi sebuah cagar budaya yang dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
Bravo pemerintah Surabaya !!!

Bangunan tua juga


Katanya dulu tempat dansa org Belanda


PTPN di Jl Rajawali

Salam Jalan Jajan Hemat

8 thoughts on “Wisata tempat bersejarah di Surabaya

  1. rega

    wah harus nya ada pemuda ataw komunitas tertentu untuk menggaet wisata baik domestik maupun mancanegara ….Betul !!!

  2. benny depp

    gedung tempat dansa orang belanda,bukan di perempatan jl tugu pahlawan,itu gedung bangunan anyar/baru yo… km ngaco ahh

  3. kresna

    wah, setelah qw melihat begitu banyak peninggalan bangunan bersejarah di kota surabaya, qw jadi semakin mencintai negri ini,
    hehehe……
    oke, bwt para remaja di seluruh indonesia qw tegaskan bahwa negara kita itu dulu nya sempat maju pesat lho, jd berbangga lah kalian bisa hidup di negara indonesia ini…
    thanks!

  4. Artika Farmita

    Maaf…yang sampeyan bilang soal halte trem itu tak benar.
    Karena sebenarnya itu bukan halte, tapi tempat parkir mobil para pengusaha Belanda yang kantornya ada di sepanjang Kalimas itu.

    (lagipula di dekat sana kan ada Taman Jayengrono yang jadi terminal trem-nya).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.